Friday, October 26, 2012

al-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran


Kitab al-Tibyan fi Adab  Hamalah al-Quran adalah karya  Imam Abu Zakariya Yahya Muhyiddin bin Syaraf bin Hizam al-Nawawi (631-676H)  atau yang amat dikenali sebagai Imam  al-Nawawi. Kitab ini  membicarakan perkara-perkara yang sangat penting diketahui oleh setiap orang Islam, iaitu berbagai perkara yang berkaitan dengan adab kita menjalin interaksi dengan kitab suci kita al-Quran al-Karim.

Kitab ini mengandung sembilan bahagian dan sebuah mukadimah yang menjelaskan secara ringkas latar-belakang dan kandungan kitab ini secara keseluruhan.

Berikut adalah kesembilan bahagian yang menjadi inti kitab al-Tibyan fi Adab Hamalah al-Quran;


ü Keutamaan membaca dan mengkaji al-Quran.
ü Kelebihan orang yang membaca al-Quran.
ü Menghormati dan memuliakan golongan al-Quran.
ü Panduan mengajar dan belajar al-Quran.
ü Peraturan Menghafaz al-Quran.
ü Adab dan etika membaca al-Quran.
ü Adab berinteraksi dengan al-Quran.
ü Ayat dan surah yang diutamakan membacanya pada waktu-waktu tertentu.
ü Riwayat penulisan Mushaf al-Quran.

Kitab ini telah diterjemahkan dalam bahasa Melayu/Indonesia dan diterbitkan oleh berbagai syarikat penerbitan, antaranya;

ü Tatatertib Pengajian Al-Quran, diterjemahkan oleh Syed Ahmad  Semait (Pustaka Nasional, Singapura)

ü Etika Belajar & Mengajar Al-Quran, susunan kembali oleh Ahmad Asri Lubis  ( Yamani )

Wednesday, October 24, 2012

Sekilas Tentang Kitab al-Jarh wa al-Ta'dil karya Ibn Abi Hatim al-Razi


Oleh Dr. M. Ajaj al-Khathib

Kitab al-Jarhu wa al-Ta’dil  merupakan karya dari Abdurrahman bin Abi Hatim bin Idris al-Handhali al-Razi atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Abi Hatim (240-327H). Kitab ini merupakan salah satu kitab tentang jarh dan ta’dil terbesar yang sampai kepada kita, yang terpadat kandungannya dan yang terkuat hubungannya dengan para kritikus perawi yang dikenal secara lebih luas.

Ibnu Abi Hatim berguru kepada ayahnya, Abu Hatim Muhammad bin Idris al-Razi, dan kepada Abu Zur’ah Ubaidillah bin Abdul Karim al-Razi. Kedua orang ini termasuk angkatan imam al-Bukhari. Dari kedua orang ini, Ibnu Abi Hatim belajar ilmu jarh dan ta’dil, dan memperoleh banyak bekal untuk menyusun kitabnya. Ia berusaha keras mengemukakan seluruh penegasan para imam hadits tentang penilaian ta’dil dan jarh terhadap para perawi dan memberi keterangan tambahan dalam banyak hal tentang riwayat hidup yang jarang disebutkan oleh kalangan ulama sebelumnya. Ia juga mengoreksi sebagian riwayat hidup yang disebutkan oleh al-Bukhari.

Kitab Ibnu Abi Hatim menghimpun penegasan ayahnya tentang jarh dan ta’dil, penegasan Abu Zur’ah dan penegasan al-Bukhari. Namun ia merasa tidak perlu kepada penegasan al-Bukhari karena sama dengan penegasan ayahnya. Ia menyelusuripenegasan para imam hadits. Dari ayahnya dan Muhammad bin Ibrahim bin Syu’aib, ia mengambil hal-hal dari Amr bin al-Falas. Ia juga mengambil pendapat yang diriwayatkan dari Abdurrahman al-Mahdi (135-198 H) dan Yahya bin Sa’id al-Qaththan (120-198 H) yang merupakan hasil ijtihad kedua tokoh itu. Demikian pula pendapat yang diriwayatkan dari Sufyan al-Tsauri (97-161 H) dan Syu’bah bin Hajjaj (82-160 H). Dari Shalih bin Ahmad bin Hanbal, Ibnu Abi Hatim mengambil pendapat yang diriwayatkan dari ayahnya. Dari Shalih dan Muhammad bin Ahmad al-Barra’, ia mengambil pendapat yang diriwayatkan oleh keduanya dari Ali bin al-Madini (161-234 H) yaitu yang merupakan hasil ijtihadnya sendiri. Juga pendapat yang diriwayatkan oleh al-Madini dari Sufyan bin Uyainah (107-198 H), Abdurrahman bin Mahdi, dan Yahya bin Sa’id al-Qaththan.

Ibnu Abi Hatim bertemu dengan seluruh shahabat Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in (158-233H). Ia meriwayatkan pendapat ayahnya dari keduanya, dari ishaq bin Manshur, dari Yahya bin Ma’in. Ia juga meriwayatkan pendapat dari selain mereka, misalnya pendapat Abbas ad-Dauri (wafat tahun 271 H).

Oleh karena itu, Kitab Ibnu Abi Hatim dipenuhi oleh penilaian para pakar ilmu jarh dan ta’dil. Kitab ini mengungguli kitab Tarikh al-Kabir karya al-Bukhari karena dalam kitab itu al-Bukhari sedikit sekali menyebut jarh dan ta’dil. Namun hal itu tidak mengurangi nilai kitab al-Bukhari karena al-Bukhari mungkin sengaja melakukan demikian dengan pertimbangan, ia telah menyusun suatu kitab sendiri tentang perawi yang lemah (yaitu kitab adh-Dhu’afa –red).

Ibnu Abi Hatim menyusun kitabnya sesuai dengan urutan huruf dalam kamus berdasarkan huruf pertama suatu nama. Maka pada bab alif terdapat bab Ahmad, bab Ibrahim, bab Ayyub, bab Adam dan seterusnya. Jika pada suatu bab terdapat banyak riwayat hidup yang harus disebutkan, ia menyusunnya sendiri menjadi bab-bab berdasarkan permulaan nama ayah masing-masing. Maka pada bab orang-orang yang bernama Ahmad, ia mendahulukan Ahmad yang permulaan nama ayahnya berhuruf alif, lalu nama Ahmad yang permulaan nama ayahnya berhuruf ba, dan seterusnya. Jika pada bab yang sama terdapat banyak riwayat hidup yang harus disebutkan, ia menyusunnya berdasarkan nama ayah dan kakek masing-masing, sebagaimana yang dilakukannya terhadap orang bernama Muhammad dengan nama ayah Abdullah.

Semuanya itu, oleh Ibnu Abi Hatim dituangkan dalam empat juz besar yang menghimpun 18.050 riwayat hidup. Ia menyebutkan setiap perawi dan pendapat orang tentang perawi tersebut berdasarkan isnad yang shahih. Kitab itu diawali dengan Muqaddimah yang merupakan satu juz tersendiri, diberi judul Taqdimatul Ma’rifah li Kitabil Jarh wat Ta’dil. Di dalam mukadimah ini ia berbicara tentang ilmu jarh dan ta’dil dan menjelaskan riwayat hidup para pakar ilmu tersebut. Kitabnya merupakan satu-satunya kitab yang bernilai tinggi dalam bidang jarh dan ta’dil yang dibutuhkan oleh setiap ilmuwan bidang hadits dan ‘ulumul hadits.

Kitab karya Ibnu Abi Hatim ini dicetak di India pada tahun 1373 H dalam sembilan jilid. Satu jilid untuk Muqaddimah dan dua jilid untuk setiap juz dari empat juz kitab itu

Sumber : Buku “Hadits Nabi Sebelum Dibukukan” (al-Sunnah Qabl al-Tadwin), Oleh Dr. M. Ajaj Al-Khathib. Penerjemah AH. Akrom Fahmi. Terbitan Gema Insani Press. Jakarta. Cet-1/Shafar 1420 H

Kitab al-Arba'in fi Ushul al-Din

 
Kitab al-Arba'in Fi Ushul al-Din merupakan karya agung Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (450-505H), selepas kitabnya yang terkenal ‘Ihya' Ulumiddin’.

Sebenarnya sudah lama saya mencari kitab ini, khususnya kitab terjemahan lengkapnya. Saya mula mengenali judul kitab ini ketika belajar di sekolah menengah lagi, iaitu membaca karya guru saya al-Fadhil al-Ustaz Abdullah al-Qari melalui karya terjemahannya yang berjudul ‘Dasar-Dasar Kepercayaan Islam’. Iaitu terjemahan bahagian pertama daripada kitab al-Arba’in. Insya Allah saya akan paparkan pengenalan ringkas buku tersebut di catatan yang lain.
 
Terdapat dua edisi terjemahan kitab al-Arba’in fi Ushuluddin yang diterbitkan di Malaysia (setakat pengetahuan saya saat ini), iaitu;
  1. 40 Prinsip Agama penyucian rohani untuk meraih akhlak terpuji, terbitan al-Hidayah.  
      Jumlah halaman:386 halaman.
  2. Jalan Pintas Meraih Hidayah (40 Prinsip Agama), terbitan Pelima Media Sdn Bhd.
      Jumlah halaman:286 halaman.
 
Kandungan kitab
 
Di dalam kitab ini dihuraikan  secara terperinci 40 prinsip agama agar masyarakat dapat memahami kunci-kunci kebahagian dalam lapangan ilmu dan amal. Kata al-Ghazali; “Segala amalan itu terbahagi kepada amalan lahir dan amalan batin. Manakala amalan batin itu terbahagi pula kepada penyucian dan penghiasan”.
 
Berikut adalah isi kandungan kitab al-Arba'in Fil Ushul al-Din yang mengandungi 40 Prinsip Agama yang dikupas secara terperinci oleh Imam Al-Ghazali.
 
Bahagian Pertama : 10 Prinsip Ilmu
ü  Zat, Penyucian, Kuasa, Ilmu, Kehendak, Maha Mendengar dan Maha Melihat, Maha berfirman, Tentang Perbuatan-perbuatan, Hari Akhirat, Kenabian.
ü  Tentang kitab-kitab yang dianjurkan untuk dipelajari berkenaan akidah.
 
Bahagian Kedua : 10 Prinsip Amal Lahiriah
ü  Solat, Zakat dan Sedekah, Puasa, Haji, Membaca al-Quran, Berzikir kepada Allah S5tiap Masa, Mencari (rezeki) yang Halal, Menegakkan Hak-hak Kaum Muslim dan Pergaulan Baik dengan Mereka, Amr bil-Makruf dan Nahy anil-Munkar, Mengikut Sunnah.
ü  Penutup : Tentang Urutan Wirid dan Memerhatikan Sepuluh Masalah.
 
Bahagian Ketiga : Membersihkan Hati dari Akhlak yang Tercela
ü  Banyak Makan, Banyak Berbicara, Marah, Hasad, Kedekut dan Mencintai Harta, Gila Pangkat, Cinta Dunia, Sombong, Bangga Diri, Riya.
ü  Penutup Tentang Seluruh Akhlak dan Tempat-tempat penipuan di dalamnya.
 
Bahagian Keempat : Tentang 10 Prinsip Akhlak Terpuji
ü  Taubat, Khauf (takut), Zuhud, Sabar, Syukur, Ikhlas dan Benar, Tawakal, Cinta, Reda dengan Ketentuan Allah, Mengingati Mati dan Hakikatnya serta Bahagian-bahagian yang Bersifat Rohaniah.
ü  Penutup Tentang Bimbingan Jiwa.

Saturday, October 20, 2012

Kitab al-Mustakhlash Fi Tazkiyah al-Anfus

Kitab al-Mustakhlash Fi Tazkiyah al-Anfus merupakan karya al-Syaikh  Sa'id Hawwa yang menerangkan konsep tazkiyah al-nafs yang sepadu yang sebahagian besar kandungannya berdasarkan kandungan kitab Ihya' Ulumuddin karya Hujjatul Islam al-Ghazali.  Berikut dilampirkan muqaddimah penyusunnya (berdasarkan edisi terjemahan dalam bahasa Indonesia : Mensucikan Jiwa - Konsep Tazkiyatun-nafs Terpadu -terbitan Robbani Press) yang menerangkan secara ringkas kandungan kitab ini;

Para Rasul 'alaihimush shalatu wassalam diutus untuk mengingatkan kita kepada ayat-ayat Allah, mengajarkan hidayah-Nya dan mensucikan jiwa dengan ajaran-Nya. Ta'lim, tadzkir dan tazkiyah termasuk missi terpenting para Rasul. Perhatikanlah kebenaran hal ini dalam do'a Nabi Ibrahim untuk anakcucunya:

"Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa iagi Maha Bijaksana." (al-Baqarah: 129)

Perhatikanlah jawaban terhadap do'a dan karunia atas ummat ini di dalam firman Allah:

"Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui."(al-Baqarah: 151)

Musa as telah berkata kepada Fir'aun:

"Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri. Dan kamu akan ku pimpin ke jalan Tuhanmu agar kamu takut kepada-Nya." (an-Nazi'at: 18-19)

Allah berfirman:

"……yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya.(al-Lail: 17-18)

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (asy-Syams: 9-10)

Jelas bahwa tazkiyatun-nafs termasuk missi para Rasul, sasaran orangorang yang bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan di sisi Allah. Tazkiyah secara etimologis punya dua makna: Penyucian dan pertumbuhan. Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun-nafsi artinya penyucian (tathahhur) jiwa dari segala penyakit dan cacat, merealisasikan {tahaqquq) berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma' dan shifat sebagai akhlaqnya (takhalluq). Pada akhirnya tazkiyah adalah tathahhur, tahaqquq dan takhalluq. Kesemuanya ini memiliki berbagai sarana yang syaf'i, hakekat dan hasil-hasil yang syar'i pula. Dampak dan pengaruhnya akan nampak pada perilaku dalam berinteraksi dengan Allah dan makhluq, dan dalam mengendalikan anggota badan sesuai perintah Allah. Barangkali rincian masalah ini merupakan isi terpenting dari buku ini.

Tazkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai. Pada saat itulah terealisir dalam hati sejumlah makna yang menjadikan jiwa tersucikan dan memiliki sejumlah dampak dan hasil padaseluruh anggota badan seperti lisan, mata, telinga dan lainnya. Hasil yang paling nyata dari jiwa yang tersucikan ialah adab dan mu'amalah yang baik kepada Allah dan manusia. Kepada Allah berupa pelaksanaan hak-hak-Nya termasuk di dalamnya mengorbankan jiwa dalam rangka jihad di jalan-Nya. Sedangkan kepada manusia, sesuai dengan ajaran, tuntutan maqam dan taklif Ilahi.

Jadi, tazkiyah memiliki berbagai sarana seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir, fikir, tilawah al-Qur'an, renungan, muhasabah, dan zikrul maut (ingatkan mati): apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai. Di antara pengaruhnya ialah terealisirnya tauhid, ikhlas, shabar, syukur, cemas, harap, santun, jujur kepada Allah dan cinta kepada-Nya, di dalam hati. Dan terhindarkannya dari hal-hal yang bertentangan dengan semua hal tersebut seperti riya', 'ujub, ghurur, marah karena nafsu atau karena syetan. Dengan demikian jiwa menjadi tersucikan lalu hasil-hasilnya nampak pada terkendalikannya anggota badan sesuai peritah Allah dalam berhubungan dengan keluarga, tetangga, masyarakat dan manusia.

Hal yang terjadi bahwa tazkiyatul anfus mengalami kelemahan generasi demi generasi sehingga menuntut pembaruan yang berkesinambungan. Seperti halnya setiap hari lahir jiwa-jiwa baru di dalam ummat ini, demikian pula tazkiyah seharusnya menyertai jiwa-jiwa tersebut. Barangkali kelemahan tazkiyah di abad kita lebih banyak ketimbang pada abad-abad yang lalu sehingga memerlukan pembicaraan khusus tentang tazkiyah. Hal inilah yang menjadi pendorong lahirnya jerih payah ini. Oleh sebab itu, pembicaraan terfokus pada sarana tazkiyah, bagaimana ditunaikan secara sempurna pada berbagai maqam hati, penyakit-penyakitnya dan akhlaqnya yang shalih. Juga pada adab berbagai hubungan. Semua itu terkait secara langsung dengan tazkiyatul anfus.

Kami memilih untuk mengambil intisari sebagian besar nilai-nilai ini dari kitab Ihya' 'Ulumiddin yang ditulis oleh Hujjatul Islam Muhammad al-Ghazali karena beberapa sebab:

1)      al-Ghazali menghadapi kelemahan kehidupan spiritual di zamannya sebagaimana yang kita hadapi sekarang. Penyakitnya sama sedangkan al-Ghazali telah menjelaskan obatnya dengan baik.

2)     Berbagai masalah yang dibahasnya meliputi apa yang telah disebutkan oleh para pendahulunya, sehingga kitabnya memuat hal yang tidak ada di dalam kitab lain. Kitab apa saja menyangkut masalah ini berhutang budi kepadanya.

3)     Di dalam Ihya', tertuang intelektualitas dan analisis al-Ghazali. la adalah tumpuan harapan realisasi semua yang diyakini dan ditulisnya. Oleh sebab itu, pembicaraannya punya kekuatan dan tenaga di dalam jiwa, yang tidak ada bandingannya dalam pembicaraan para penulis lainnya. Setiap orang yang berinteraksi dengan Ihya' pasti merasakan hal ini. Tetapi Ihya' itu sendiri, sebagaimana kitab manusia yang lain, mengandung banyak kekurangan sehingga sebagian peneliti menolak sebagian isinya. Di samping itu, pembahasannya terbagi atas beberapa bagian: Sebagian lebih dekat kepada fiqh, sebagian lagi lebih dekat kepada nasehat, analisa, ilmu syari'at, ilmu logika atau tazkiyatun-nafs yang kita inginkan. Oleh karena itu, kami berusaha keras untuk membuat semacam ringkasan Ihya'.

Tetapi hal ini pun tidak terlepas dari adanya hal-hal yang menimbulkan penolakan sebagian kalangan. Di samping' sebagiannya terlalu panjang dan sebagiannya lagi sangat rumit. Oleh karena itu, saya buang sebagian pembahasannya yang saya anggap tidak diperlukan. Berikut ini penjelasan metodologi yang saya tempuh dalam membuat ringkasan dan seleksi ini:

1)     Saya pilih apa yang sangat diperlukan di zaman kita, mengingat kurangnya peringatan terhadapnya.

2)    Kemudian hal yang sekiranya bisa menimbulkan perdebatan saya hilangkan, sebagaimana saya hapuskan pula hal yang terlalu rumit dan panjang agar para pembaca tidak bosan dan bisa difahami oleh semua orang. Kemudian saya buang pula hadits dha'if dan kesimpulan-kesimpulan yang didasarkan kepadanya, walapun hadits dha'if tidak berarti palsu bahkan berkemungkinan masih merupakan sabda Rasulullah saw. Nash-nash Sunnah yang saya cantumkan. saya sertakan pula komentar al-Iraqi terhadapnya secara singkat, agar pembaca mengetahui derajat riwayat dan tempat keberadaannya dengan perubahan penomoran. Hanya saja ada sejumlah riwayat para Imam hadits yang derajatnya tidak disebutkan oleh al-Iraqi tetapi maknanya shahih. Sebagian riwayat ini saya sebutkan dan saya menganggap masalah ini sangat luas. Juga saya buang riwayat-riwayat yang dinisbatkan kepada para Rasul terdahulu, karena riwayat-riwayat ini perlu penelitian yang tidak bisa kami lakukan, sekalipun ada beberapa pendapat yang membolehkan periwayatannya.Demikian pula saya buang pembicaraan tentang keghaiban baik yang berkenaan dengan masalah akhirat atau alam ghaib, jika tidak ada dasarnya di dalam al-Qur'an atau Sunnah yang shahih. Sebagaimana saya juga membuang apa yang sekiranya menimbulkan penolakan sebagian peneliti.

Hanya saja semata-mata seleksi dari sebuah buku tidak dengan sendirinya bisa membentuk konsep yang utuh, di samping kehilangan matarantai, relevansi dan alur. Tetapi saya ingin menyuguhkan konsep yang utuh tentang tazkiyah yang didasarkan pada kajian al-Ghazali, sehingga saya harus membuat susunan bab, sistematika dan pendahuluan bagi setiap bab, fashal dan sebagian pembahasan. Di samping saya hanya menulis sebagian tema agar buku ini menjadi utuh seperti batangan emas murni.

Banyak orang yang berpegang kepada kitab Ihya' dan menilainya sebagai kitab yang tidak ada bandingannya dalam Islam. Bahkan sebagian orang sangat fanatik kepada Ihya' sehingga hampir mengharamkan upaya peninjauan terhadapnya.

Menurut saya, di dalam Ihya' terdapat nilai-nilai yang mencerminkan taufiq Allah kepada syaikh al-Ghazali yang sulit dicari bandingannya pada kitab lain. Di dalam Ihya' juga terdapat nilai-nilai yang telah dirumuskan dan ditulis dengan baik sebagaimana rumusan dan tulisan sebagian ulama' yang lain. Di dalam Ihya' juga terdapat nilai-nilai yang menjadi pangkal perselisihan dan perbedaan pendapat.

Bila kita kesampingkan kritik para ulama' peneliti dan aspek-aspek kesamaan antara Ihya' dan kitab lainnya, maka di dalam Ihya' terdapat bagian-bagian yang hampir menjadi obat yang dipakai untuk memberikan terapi berbagai problematika di abad al-Ghazali, dan bisa juga menjadi terapi sebagian besar problematika abad kita yang wujud utamanya adalah kekosongan spiritual dan dominasi syahwat. Kami telah berupaya menyeleksi hal-hal seperti itu yang bisa menjadi obat bagi kebanyakan penyakit zaman ini, bahkan setiap zaman. Kami berharap semoga kami mendapatkan pahala orang-orang yang berijtihad.

Para murabbi (pendidik dan pembina) di abad sekarang menghadapi berbagai kondisi yang sangat rawan: Hati kesat dan berbagai penyakitnya seperti dengki dan 'ujub yang telah tersebar luas. Mu'amalah yang baik terasa sangat lemah. Jihad, amar ma'ruf dan nahi munkar pun tak pelak lagi terpengaruh oleh hal-hal tersebut. Oleh karena itu, orang-orang yang menginginkan pembaruan komitment keislaman harus berfikir untuk menghidupkan nilai-nilai spiritual dari berbagai bentuk peribadatan, menghiasi jiwa dengan akhlaq 'ubudiyah, dan membersihkannya dari berbagai naluri kebinatangan dan syaithaniyah. Sebab dampak langsung dari kematian hati adalah hilangnya nilai-nilai spiritual keimanan, seperti shabar, syukur dan takut kepada Allah. Hal-hal ini mutlak diperlukan untuk kehidupan yang baik, karena akibat langsung dari kematian ini adalah munculnya dengki, 'ujub dan ghurur yang sangat membahayakan kehidupan. Karena itu, memberikan perhatian kepada nilai-nilai ini merupakan kewajiban bagi orang-orang yang ingin memperbaiki kehidupan pribadi dan sosial.

Karena tataran mu'amalah dan tataran perkataan merupakan dua tataran yang paling banyak terpengaruh oleh berbagai kekurang-sempurnaan ibadah dan berbagai penyakit hati maka kedua tataran ini sangat memerlukan pembaruan (tajdid) dan aktualisasi (ihya'). Kedua hal ini kami berikan perhatian dalam buku ini.

Kami telah menulis buku Tarbiyatuna ar-Ruhiyah (edisi Indonesia berjudul Jalan Ruhani, terbitan Mizan, pent.) dengan tujuan menghidupkan pembahasan tentang nilai-nilai ini, tetapi aspek perinciannya sangat sedikit sekali.

Mengingat buku-buku yang membahas masalah ini banyak mendapatkan kritik dari sebagian orang karena banyak mencampur-adukkan antara yang samar dengan yang jelas dan kadang-kadang antara bid'ah dengan Sunnah, maka akan sangat bermaslahat jika kita menyeleksi pembicaraan orang yang membahas hal-hal seperti ini dengan hal-hal yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan di samping berbagai aspek amaliyah dan perincian dalam ilmu tazkiyah. Juga dengan hal-hal yang diperlukan oleh proses pembaruan nilai-nilai keimanan dan adab berbagai interaksi. Kedua masalah ini termasuk hal yang sangat diperlukan oleh pembaruan amaliyah keislaman. Oleh sebab itu, seleksi dari Ihya' ini sangat detil dan terfokus pada intisari.

Saya menyeleksi berbagai aspek qalbiyah yang harus menyertai berbagai bentuk ibadah, dan penyakit-penyakit utama yang harus dijauhkan dari hati seperti dengki, dan berbagai aspek utama yang wajib terealisasi dalam hati seperti syukur, tawakal, khauf dan mahabbah, juga berbagai aspek utama yang harus menjadi akhlaq manusia.

Kemudian saya ringkaskan pula adab lisan dan adab berbagai hubungan, dimulai dari adab guru dan murid sampai adab berbagai hubungan dengan kedua orang tua, kerabat dan manusia, dengan disertai kajian singkat tentang iiwa dan syetan berikut pintu-pintu masuknya kepada manusia. Saya memandang semua itu termasuk hal yang harus diperhatikan oleh kaum Muslimin di abad ini.

Gerakan Islam kontemporer tengah menghadapi kemurtadan dari Islam yang barangkali lebih buruk dari yang pertama, sehingga seluruh kekuatan ilmiah dan fikriah-nya dikerahkan untuk mengentaskan manusia darinya. Kemudian muncullah arus pembaruan Islam kontemporer yang dipelopori oleh ustadz Hasan al-Banna. Beliau tampil menjadi pelopor dalam setiap kebaikan, pelopor dalam nasehat, ta'lim, tazkiyah dan lainnya, sehmgga arus pembaruan ini menjalar ke semua hal. Berbagai tuntutan dan kebutuhan langsung kadang-kadang memerlukan penjelasan secara global dan kadangkadang secara rinci, sehingga sebagian nilai-nilai tersebut masih tetap bersifat global , di antaranya menyangkut hakikat perjalanan spiritual menuju Allah.

Oleh karena itu, para murid madrasah-nya. berkewajiban untuk merincinya karena marhalah yang dihadapi sekarang menuntut perincian tersebut. Perincian ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah dijadikan acuan dalam da'wahnya rahimahullah, yaitu prinsip-prinsip yang telah baku berupa ilmu dan pengalaman yang sangat tinggi dan komprehensif.

Gerakan Islam kontemporer dalam salah satu periodenya pernah hanyut ke dalam sikap apologia terhadap Islam dan menolak berbagai tuduhan dan serangan para konspirator sehingga membuatnya mengabaikan sebagian kewajiban, di antaranya kewajiban menulis tentang masalah ini sehingga bisa memenuhi berbagai kebutuhan kaum Muslimin. Karena itu, telah tiba waktunya untuk menghidupkan nilai-nilai tazkiyah, khususnya setelah Gerakan [slam semakin luas dan semakin beragam aktivitasnya bahkan telah mulai tirabul berbagai sudut pandang yang dikhawatirkan akan menyebabkan beberapa hal menjadi jauh dari yang seharusnya atau menyebabkan lemahnya benih-benih cahaya di dalam hati.

Sekalipun buku-buku turats (warisan para ulama' terdahulu) sarat dengan nilai-nilia ini dan banyak di antara buku-buku tersebut yang bisa dijadikan acuan dalam masalah ini tetapi kadang-kadang ada hal-hal yang sesuai dengan zaman kita dan kadang-kadang ada yang berlebih dari apa yang kita perlukan atau kurang bisa memenuhi kebutuhan seorang Muslim biasa, di samping banyak sekali hal-hal yang diperselisihkan dan menjadi pangkal perdebatan. Semua itu menuntut para pemerhati masalah ini di kalangan putra-putri Gerakan Islam agar berfikir untuk menyusun apa yang menjadi kebutuhan zaman mereka agar mereka tidak hidup dalam kekosongan yang dipenuhi oleh kesalahan, kesesatan, kelalaian atau kesia-siaan. Buku saya ini merupakan pengejawantahan dari trend tersebut.

Saya meyakini bahwa kajian-kajian yang saya sebutkan dalam buku ini termasuk hal yang sebaik-baiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan dari murka-Nya. Bahkan pada ghalibnya termasuk ilmu yang menjadi fardhu 'ain atas setiap Muslim dan Muslimah, yang semakin dibutuhkan pada zaman kita yang kosong spiritual ini. Jika pembaruan Islam meliputi pembaruannya pada tingkat individu, keluarga, masyarakat, pemerintahan, bangsa, dan kemanusiaan maka ihya' ruhi merupakan muqaddimah bagi seluruh pembaruan Islam. Jika hati tidak "hidup," jiwa tidak tersucikan, tidak ada adab kepada Allah dan makhluq-Nya maka tidak ada pembaruan di atas permukaan bumi Islam. Oleh sebab itu, buku ini kami khususkan untuk membahas nilai-nilai ini.

Walaupun jarang ada buku hasil seleksi dari sebuah buku yang tampil dengan tetap menjaga keutuhan sistematika pembahasan dan tema-temanya sebagaimana telah saya sebutkan di muka, namun untuk menghindari hal-hal yang seharusnya dihindari tersebut maka saya menambahkan banyak tulisan, mengubah susunannya dan membuat pengantar bab-bab-nya, kemudian tulisan dan tambahan dari saya tersebut saya beri tanda [...] agar para pembaca bisa membedakan antara tulisan al-Ghazali dan tambahan yang saya berikan. Buku ini saya bagi menjadi empat bab dan penutup.

Bab pertama : Tentang Adab Guru dan Murid.
Bab kedua      : Was a 'il Tazkiyah berupa berbagai ibadah dan amal perbuatan. Bab ini
                             meliputi 13 tasal.
Bab ketiga      : Hakikat TazMyatun-nafs. Bab ini meliputi 3 fasal.
Bab keempat : Mengendalikan Lisan dan Adab berbagai hubungan.
Penutup.

Di dalam buku ini para pembaca akan mendapatkan khazanah nilai yang sangat tinggi dan berbagai tahqiq berkenaan dengan masalah tazkiyah, yang akan mendorong para pembaca untuk membacanya berulang-ulang, karena banyak hal yang ada di dalam kajian buku ini termasuk ke dalam ilmu yang menjadi fardhu 'ain atas setiap Muslim dan Muslimah.

Terjemahan kitab ini boleh dibaca di pautan berikut;
1. http://www.scribd.com/doc/29179758/Said-Hawwa-Tazkiyatun-Nafs-Imam-Al-Ghazali
2. http://www.4shared.com/office/td8LH3iX/tazkiyatun_nafs__mensucikan_ji.html

Wednesday, October 17, 2012

Sabil al-Iddikar


Kitab Sabil al-Iddikar merupakan karya al-'Allamah  al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. 
 
Kitab ini sangat diperlukan sebagai bahan perenungan bagi setiap insan tentang perjalanan umur manusia sejak diciptakan dari sulbi Adam 'a.s hingga masa kelahiran, kematian, dan kehidupan kembali di alam akhirat.
 
al-‘Allamah  al-Habib 'Abdullah bin 'Alwi al-Haddad membagi umur manusia dalam lima fasal  atau tahapan yang dalam setiap fasalnya manusia mengalami berbagai macam keadaan yang tidak pernah dialami pada fasal lainnya.
 
Beliau menggambarkan kepada kita berbagai dimensi alam yang pasti akan dilalui oleh setiap insan dalam perjalanan kehidupan, kematian, kebangkitan kelak di alam akhirat yang merupakan terminal terakhir bagi setiap insan dan merupakan ketentuan antara surga dan neraka.

Terjemahan Kitab Ihya Ulumiddin versi audio (MP3)

Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Di sini saya ingin memperkenalkan sebuah blog yang memaparkan kitab al-Ihya 'Ulumiddin (terjemahan) karya al-Imam al-Ghazali dalam bentuk audio. Berikut kata pengantar tuan punya blog.

Bismillahirrahmaanirrahiim.
 
Segala puji bagi Allah Tuhan semua alam dan Tuhan semua makhluk, yang telah menganugerahkan kebaikan yang amat besar kepada segala hambaNya, memberikan panca indera kepada manusia sebagai kelengkapan untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepadaNya. Salawat kepada Nabi Muhammad Saw, segenap keluarga dan sahabatnya serta segenap manusia yang mengikuti beliau dengan perkataan dan perbuatan, dengan keadilan dan keihksanan.
 
IHYA ULUMUDDIN (Menghidupkan Kembali Ilmu-Ilmu Agama) karya Imam al Ghazali merupakan karya yang terkenal termasuk di dunia barat. Terjemahan dalam bahasa Indonesia sudah dimulai pada tahun 1968 dengan judul IHYA’ AL GHAZALI oleh Prof. Tk. H. Ismail Yakub SH, MA semoga beliau selalu mendapat ridho dan kasih sayang dari Allah Swt. Inilah kitab yang kami bacakan yang terdiri dari berbagai tahun penerbitan.
 
Para pencari kebenaran yang menempuh jalan pendekatan diri kepada Allah Ta’ala atau menjadi murid, sering mereferensi atau membaca sebagian kecil dari karya tersebut yang kebanyakan berupa ringkasan (baca: cuplikan). Dengan kata lain sebagian besar dari mereka sebetulnya “belum mengenal” buku Ihya karya Al Ghazali ini secara utuh. Lagi pula bagi mereka pecinta buku Ihya, tidak sedikit yang mendapat halangan atau keterbatasan, diantaranya adalah mereka yang kesulitan untuk membaca kitab-kitab tebal, mereka yang tidak ada waktu khusus untuk membaca, mereka yang mempunya kendala pada penglihatan termasuk mereka yang cacat mata atau buta. Inilah yang mendorong dibacanya buku ini sekaligus direkam secara sederhana untuk dibagi kepada pecinta kitab Ihya.
 
Pembacaan Kitab Ihya dalam bentuk file mp3 ini juga dapat menolong menjadikan belajar Ihya lebih mudah yaitu lewat mendengar dengan mp3 player, komputer atau telepon mobil, yang bisa dilakukan di mana saja tanpa membawa buku yang berat. Disamping itu belajar Ihya dapat dilakukan di tempat kerja atau kantor, pada saat perjalanan di mobil, di kereta api, di pesawat terbang, bahkan dapat dilakukan di tempat tidur.
 
Kami menyadari bahwa pembacaan Kitab Ihya ini, kualitasnya masih rendah terutama disisi hasil rekam dan kefasihan membaca teks arab, namun kami akan berusaha semampu mungkin untuk lebih baik, kami juga berupaya menyelesaikan pembacaan Kitab Ihya keseluruhan sebanyak 8 jilid. Semoga hal kecil ini membawa manfaat bagi sebagian umat Muhammad Saw. Insya Allah.

Sila layari pautan berikut :  http://ihyaulumuddinterjemah.wordpress.com/

Monday, October 15, 2012

Tafsir al-Sa'di

Kitab Tafsir al-Sa’di atau judul penuhnya ialah Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan merupakan antara karya-karya dalam bidang tafsir yang diakui dan dipuji oleh para ulama pada zaman sekarang dan mendapatkan tempat yang cukup baik dalam hati kaum muslimin. Tafsir al-Sa’di ini adalah hasil karya al-Syaikh al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di yang meninggal pada tahun 1376 H.
 
Keistimewaan Tafsir al-Sa’di;

1.      Kesungguhan penulis dalam membuat tafsirannya ringkas hanya sebatas makna global, di mana mayoritas penafsir al-Qur'an itu tidak lepas membahas secara panjang lebar bahkan hingga menyimpang dari topik tafsirannya dari kitabullah, atau mereka membatasi diri membahas makna-makna bahasa atau fiqhiyah saja, maka beliau menghendaki dalam tafsirannya itu untuk memba¬has makna yang dimaksudkan oleh ayat sedangkan lafazhnya hanya sebagai jembatan baginya agar manusia dapat mengetahui makna firman Allah hingga mereka dapat mengambil petunjuk dari pengetahuan tentangnya, dan berakhlak dengan akhlaknya dan adab-adabnya dengan memakai metode yang paling mendekati.
 
2.      Pilihan-pilihan syaikh yang dihasilkan oleh kecerdikan akalnya, kejernihan hatinya, kecepatan pikirannya terhadap perkataan-perkataan para salaf dari para sahabat ,para tabi'in dan para ulama umat yang disebutkan dalam tafsir, sehingga beliau seolah-olah mengumpulkan perkataan dan pendapat yang muncul dalam tafsir makna ayat kemudian beliau mengungkapkannya dengan gaya bahasa yang telah diketahui.
 
3.      Tafsir beliau diistimewakan juga dengan kata-katanya yang sederhana dan penjelasannya yang mudah dimengerti, yang tidak dipaksa-paksakan dan tidak ruwet, juga tidak bertele-tele dan memanjang-manjangkan, iaitu dengan suatu gaya yang dapat difahami oleh orang yang berilmu maupun yang tidak.
 
4.      Penyusunan kalimat yang begitu rapi dan mengaitkan suatu kalimat dengan kalimat yang lain yang sesuai tanpa ada kesusahan dalam merangkai ungkapannya, dan inilah suatu hal yang paling menonjol dari tafsir beliau.
 
5.      Kitab tafsir ini mengandung banyak faedah ilmiah dan pendidikan yang disarikan dari kitabullah yang dijelaskan oleh penulis di sela-sela pembahasannya terhadap tafsir ayat, faedah-faedah itu sangatlah beragam baik dari segi tauhid, fikih, sirah, nasihat-nasihat, akhlak dan lain-lainnya.
 
6.      Inilah keistimewaan yang terpenting adalah terhindarnya buku tafsir ini dari takwil-takwil yang keliru, hawa nafsu, bid'ah, dan Israiliyat. Pengarangnya bersandar dari teks-teks al-Qur'an dan as-Sunnah, dan beliau juga mengikuti riwayat-riwayat yang disebutkan dari al-Salaf al-Shalih.
 
Syaikh al Utsaimin -rahimahulloh- berkata “sesungguhnya tafsir syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di yang berjudul "Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan", adalah sebaik-baik tafsir, kerana memiliki keistimewaan yang banyak; di antaranya adalah gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung dimengerti oleh orang yang berilmu maupun yang bodoh. Keistimewaan lainnya adalah menghindari kalimat-kalimat sisipan dan bertele-tele yang tidak ada manfaatnya kecuali hanya akan membuang-buang waktu pembaca dan membingungkan pikirannya. Yang lainnya adalah menghindari penyebutan perselisihan pendapat kecuali perselisihan vang mendasar yang harus disebutkan, dan yang terakhir ini adalah keistimewaan yang paling penting bagi pembaca budiman hingga pemahamannya hanya terfokus pada satu hal saja.

Keistimewaan lain adalah berjalan di atas manhaj salaf pada ayat-ayat sifat yang tidak ada penyimpangan dan tidak ada takwil yang bertentangan dengan maksud Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam firmanNya, dan itulah patokan dalam pengukuhan akidah. Keistimewaan lain adalah keterincian pengambilan kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat-ayat berupa faedah, hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya, hal ini sangatlah nampak jelas dalam beberapa ayat, seperti ayat wudhu dalam surat al-Maidah, di mana ia me-ngambil kesimpulan darinya sebanyak lima puluh hikmah, sebagai-mana juga dalam kisah Daud dan Sulaiman dalam surat Shad.
Di antara keistimewaannya adalah bahwasanya buku ini adalah buku tafsir dan panduan pendidikan terhadap akhlak-akhlak yang luhur, di mana hal itu nampak jelas pada tafsir suatu ayat dalam surat al-A'raf;
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari omng-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199).

Untuk itu saya (al-Utsaimin r.h ) memberi saranan kepada orang-orang yang hendak memiliki buku tafsir agar tidak ketinggalan untuk mengoleksi perpustakaannya dengan buku tafsir yang indah ini.

Terjemahan kitab Tafsir al-Sa'di:

al-Hamdulillah karya tafsir yang amat berharga ini telah pun lengkap diterjemahkan dan diterbitkan oleh Pustaka Sahifa, Indonesia agar manfaatnya dapat diterima semua pihak, sama ada bagi kalangan awam, penuntut ilmu, mahupun golongan ilmuan di luar sana.
 
Kandungannya:
 
Jilid Pertama: Tafsir Surah al-Fatihah hingga Surah Ali 'Imran,
Jilid Kedua: Tafsir Surah an-Nisaa' hingga Surah al-An'am,
Jilid Ketiga: Tafsir Surah al-A'raaf hingga Surah Yusuf.
Jilid Keempat: Surah ar-Ra'd hingga surah al-Hajj.
Jilid Kelima: Surah al-Mu'min hingga Surah Saba'.
Jilid Keenam: Surah Fathir hingga Surah Qaaf.
Jilid Ketujuh: Surah adz-Dzariyyat hingga Surah an-Naas.

Sila ikutan pautan berikut untuk keterangan lanjut mengenai tafsir ini:
1.    [PDF] Metodologi Tafsir al-Shaykh ‘Abd al-Rahman al-Sa’di dalam Taysir al-Karim al-Rahman Fi Tafsir Kalam al-Mannan.
2.    Baca online (Bahasa Inggeris): http://www.islaam.net/main/display.php?category=176