Kitab Tamrinul Lisan fi
Ma’rifati Tajwidil Quran (تمرين اللسان في معرفة تجويد القرآن) adalah karangan seorang ulama
Nusantara asal Jambi (Sumatra) yang mengajar di Masjidil Haram di Makkah pada
paruh pertama abad ke-20, yaitu Syaikh Hasan b. Yahya al-Jambi (dikenal dengan
Syaikh Hasan Jambi atau Guru Hasan Anang Jambi, 1895-1940 M).
Tertulis keterangan pada halaman
sampul judul kitab dan nama pengarang dalam bahasa Melayu Jawi bercampur bahasa
Arab:
انيله
كتاب يغبرنما تمرين اللسان في معرفة تجويد القرآن/ كراغن همبا يغ فقير لاكي مغاجر
دمسجد الحرام/ دمكة المشرفة يائت حسن بن الحاج يحي/ أورغ نكري جمبي الجاوي عفى/
الله عنه وعن والديه وعن/ حميع المسلمين/ آمين
Inilah kitab yang bernama ia
Tamrinul Lisan fi Ma’rifah Tajwidil Qur’an/ karangan hamba yang faqir
lagi mengajar di Masjidil Haram/ di Makkah al-Musyarrafah yaitu Hasan bin Haji
Yahya/ orang negeri Jambi Jawi (Nusantara) ‘afa/ Allah ‘anhu wa ‘an
walidaihi wa ‘an/ jami’ al-muslimin (semoga Allah berkenan mengampuninya,
kedua orang tuanya, dan semua orang Muslim)/ amin.
Kitab ini ditulis dalam bahasa
Melayu aksara Arab (Jawi) dan berisi kajian ilmu tajwid (fonologi Arab)
dan tatacara membaca Alquran yang baik dan benar. Dalam kolofon, didapati
keterangan jika karya ini diselesaikan di Makkah pada Rabu, 20 Rajab 1344 H
(1926 M). Syaikh Hasan Jambi menulis:
دان تله
سلسي اكو درفد مهيمفونكن اين كتاب يغ كجيل فد هاري ربوع فد تغكل دوافوله درفد بولن
رجب تاهون سريبو تيكاراتوس أمفت فوله أمفت درفد هجرة نبي محمد سيد المرسلين
Dan telah selesai aku daripada
me[ng]himpunkan ini kitab yang kecil pada hari Rabu pada tanggal Dua Puluh
daripada bulan Rajab tahun Seribu Tiga Ratus Empat Puluh Empat [22 Rajab 1344]
daripada Hijrah Nabi Muhammad Sayyidul Mursalin.
Kitab ini kemudian dicetak
oleh Mathba’ah al-Taqaddum al-‘Ilmiyyah, Kairo, Mesir, pada
1345 H (1927 M). Percetakan tersebut dikelola oleh para ahli waris Syaikh
Muhammad ‘Abd al-Wahid Bek al-Thubi. Versi cetakan al-Taqaddum
al-‘Ilmiyyah ini menghimpun tebal kitab 44 halaman.
Dalam muqaddimah, pengarang
menulis:
هذه
رسالة صغيرة سميتها تمرين اللسان في معرفة تجويد القرآن ألفته في غاية من الاضاح
والبيان ليسهل فهمه على المبتدئين والإخوان التقطته من الكتب المشهورة التي ألفها
علماء الكرام وإني كنت لست أهلا لهذا المنهج والمقام ولكن أرجو من الله تعالى أن
يرزقني التوفيق والالهام. ورتبت هذه الرسالة بمقدمة وثلاثة وعشرين فصلا وخاتمتين
راجيا من الله تعالى حسن الختام
Ini adalah risalah yang kecil
yang aku namakan Tamrinus Shibyan fi Ma’rifah Tajwidil Qur’an. Aku
mengarangnya dengan penjelasan yang gambling agar mudah difahami oleh para
pelajar pemula dan para saudara. Aku merujuk pada beberapa kitab yang masyhur
yang telah dikarang oleh para ulama besar. Sesungguhnya aku bukan orang yang
ahli dalam bidang ini, namun aku berharap kepada Allah agar memberikanku
petunjuk dan ilham. Aku menyusun risalah ini atas mukaddimah, dua puluh tiga
pasal, dan dua penutup (khatimah). Aku juga berharap kepada Allah agar
memberikanku husnul khatimah.
Kitab ini juga mendapatkan taqrizh (endorsement)
dari lima orang ulama Makkah, yaitu Syaikh Muhammad Kamil, yang tercatat
sebagai mudir al-ma’arif al-‘umumiyyah (kepala bidang
pendidikan) Makkah, Syaikh ‘Abdullah b. Qasim Sanqura, ulama Makkah asal
Senggora (Semenanjung) yang tercatat sebagai ra’is al-qurra fi Makkah (kepala
para qurra di Makkah), serta tiga ulama besar Makkah asal Nusantara, yaitu
Syaikh Muhammad Ramli b. Muhammad Zubaidi Fathani (asal Pattani), Syaikh
Muhammad Arsyad b. ‘Amru Sumbawa al-Jawi (asal Sumbawa, yang juga ditulis
sebagai guru pengarang), dan Syaikh Muhammad b. Dawud al-Fathani (asal Pattani,
yang juga ditulis sebagai kolega dekat pengarang).
Syaikh Hasan Jambi dilahirkan di
Kampung Tengah, Jambi, pada 1895. Ayahnya, Haji Anang Yahya, seorang saudagar
kaya sekaligus pemilik kedai penjualan kitab terbesar di kota Jambi. Pada 1919,
Syaikh Hasan Jambi pergi ke Makkah dan bermukim di sana selama kurang lebih
delapan tahun.
Di Makkah, beliau berguru
kepada Syaikh Muhammad Arsyad Sumbawa, Syaikh Mukhtar Bogor, Syaikh Sa’id
Yamani, Syaikh Abdullah Qasim Senggora, dan lain-lain.
Pada tahun-tahun
terakhirnya di Makkah, Syaikh Hasan Jambi mendapatkan lisensi untuk mengajar di
Masjidil Haram. Ia pun mengajar di sana sejak sekira 1925 hingga 1927, di mana
pada tahun terakhir ia pulang ke Jambi dan mengajar di Madrasah Nurul Iman,
salah satu institusi pendidikan Islam tradisional yang terkemuka di tanah Jambi.
Selang beberapa waktu kemudian, Syaikh Hasan Jambi pun diangkat untuk menjadi
kepala Madrasah Nurul Iman selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya
(1928-1938).
Madrasah Nurul Iman sendiri
didirikan pada 1915 yang hingga sekarang masih eksis. Nurul Iman menjadi
salah satu institusi pendidikan terbesar dan terkemuka di Jambi pada masanya.
Ada banyak ulama besar yang pernah mengajar di sana, yang bukan hanya berasal
dari Jambi, tetapi juga dari Makkah.
Nurul Iman terhubung dengan
jaringan intelektual ulama Nusantara-Timur Tengah yang berhaluan tradisionalis
(Ahlus Sunnah wal Jama’ah/ Aswaja). Masa kejayaan institusi ini berlangsung
pada 1920 hingga 1970-an. Di antara ulama terkemuka pada paruh pertama abad
ke-20 M yang pernah berkunjung dan mengajar di Nurul Iman adalah Syaikh Sa’id
Yamani beserta dua orang putranya, Syaikh Muhammad Shalih Yamani dan Syaikh
Hasan Yamani, Syaikh Abdullah Shadaqah Zaini Dahlan (keponakan Saikh Ahmad
Zaini Dahlan Makkah yang wafat di Karang Pawitan, Garut, Jawa Barat), Syaikh
Muhammad ‘Ali b. Husain al-Maliki al-Makki, dan lain-lain.
Melihat deretan nama-nama
ulama di atas, sudah bisa dipastikan jika Syaikh Hasan Jambi dan Madrasah Nurul
Iman Jambi terhubung dengan sangat kuat dengan ulama sezamannya dari tanah
Jawa, yaitu Hadratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang, w.
1947).
Nama-nama ulama Makkah yang
disebutkan di atas adalah juga para guru dan kolega dari Kiai Hasyim.
Mereka juga pada kurun masa 1925-1940-an berkunjung ke pesantren Tebuireng
Jombang dan beberapa pesantren tradisional lainnya di Jawa. Ini artinya, Syaikh
Hasan Jambi dan Madrasah Nurul Iman Jambi sangat berkerabat dekat dengan
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) dan pesantren-pesantren tradisionalis lainnya di
Sunda-Jawa-Madura dan seluruh wilayah Nusantara lainnya.
Syaikh Hasan Jambi meninggalkan
beberapa karya, yang ditulisnya dalam bahasa Melayu aksara Arab (Jawi). Di antara
karya-karya beliau adalah;
1.
Taqribul ‘Awam
li Ma’rifatil Fiqh wal Ahkam dalam bidang kajian ilmu fikih,
2.
Nailul Mathlub fi
A’malil Juyub dalam bidang kajian ilmu astronomi,
3.
Nurul Huda yang
berisi pandangan Syaikh Hasan Jambi yang menolak pendapat-pendapat kaum muda di
Sumatera,
4.
Ta’limus Shibyan dalam
bidang kajian ilmu tauhid, dan
5.
Tamrinul Lisan dalam
bidang kajian ilmu tajwid yang kita bicarakan di atas.
Sumber: https://alif.id/read/ahmad-ginanjar/tamrinul-lisan-ilmu-tajwid-melayu-karya-syaikh-hasan-yahya-jambi-1926-b209845p/