Tuesday, April 14, 2015

Bughyah al-Mustarsyidin


Kitab “ Bughyah al-Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba’dh al-Aimmah al-Muta-akhkhirin ” (بغية المسترشدين في تلخيص فتاوى بعض الأئمة المتأخرين) merupakan sebuah kitab fiqh yang menghimpunkan ringkas dari berbagai fatwa para ulama mazhab Syafi’i yang muta-akhirin (kebelakangan). Usaha penyusunan kitab ini dilakukan oleh al-‘Allamah Sayyid ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin Husain bin ‘Umar Ba ‘Alawi al-Hadhrami (1250- 1320), seorang tokoh ulama mazhab Syafi’i yang terkenal dan mufti bagi negeri Hadhramaut, Yaman pada zamannya.

Berikut adalah nama-nama ulama yang dikumpulkan fatwa-fatwa mereka dalam kitab Bughyah al-Mustarsyidin;

a)     Imam al-‘Allamah Abdullah bin al-Husain bin Abdullah Bafaqih,
b)     al-Sayyid al-‘Allamah Abdullah bin ‘Umar bin Abu Bakr bin Yahya,
c)      Imam al-‘Allamah Alawy bin Saqaf bin Muhammad al-Jafri,
d)     Imam al-‘Allamah Muhammad bin Abi Bakar al-Asykhari al-Yamani
e)  Imam al-Syaikh al-‘Allamah al-Muhaqqiq Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al- Madany.

Menurut al-‘Allamah Sayyid ‘Abdur Rahman Ba’alawi, beliau menyusun kitab Bughyah al-Mustarsyidin ini adalah untuk menampilkan karya yang mudah dibaca dan difahami tanpa perlu berlakunya pengulangan dalam berbagai perbahasan yang ada dari berbagai pendapat tersebut. Sayyid Abdurrahman Ba’lawi menyusun kitab ini secara sistematik sehingga beberapa persoalan yang ada dengan mudah dapat difahami dengan disertai jawapannya sekaligus. Dikatakan sistematik, kerana dalam kitab ini berbagai permasalahan diletakkan  secara teratur dan sesuai dengan bab-bab fiqh sebagaimana susunan kitab-kitab fiqh yang lain. Hal ini kerana sebelumnya, berbagai fatwa ini berserakan dan tidak teratur secara sistematik sehingga mendorong Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Ba ‘Alawi  menyusun kitab ini bagi memudahkan rujukan dan pembacaan oleh para siswa atau murid-murid yang tertarik mengkaji berbagai fatwa tersebut.

Oleh kerana kitab ini merupakan ringkasan dari kumpulan fatwa para ulama’, maka untuk memudahkan identifikasi fatwa masing-masing imam yang ditulis dalam kitab ini, Sayyid Abdurrahman Ba’lawi membuat tanda atau rumuz yang mewakili  para ulama tersebut. Berikut adalah rumuz tersebut;

a)     Imam Abdullah Bafaqih, ditulis   ب,
b)     Imam Abdullah bin Yahya, ditulis ي ,
c)      Imam Alawy bin Tsaqaf bin Muhammad al-Jafri, ditulis ج ,
d)      Imam Muhammad bin Abi Bakar al-Asykhari al- Yamani, ditulis ش ,
e)     Imam Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi al-Madany, ditulis ك .

Di samping itu, Sayyid Abdurrahman Ba’lawi juga menuliskan فائدة (faidah) untuk menunjukkan bahawa fatwa yang dikeluarkan mempunyai beberapa faidah yang sangat baik nuntuk diketahui khalayak. Ia mengatakan bahawa dalam menulis berbagai fatwa ini, ia juga menambah atau mengurangi beberapa kata dari fatwa asal agar sesuai dan relevan. Sebagaimana layaknya seorang editor, Abdurrahman Ba’lawi mensinkronkan antara fatwa dengan berbagai improvisasi yang ia lakukan agar karya ini mudah difahami dan sistematis. Bahkan dalam beberapa hal, penambahan tersebut merupakan pendapat pribadinya.

Namun demikian, sebagaimana dinyatakan Azyumardi Azra, bahawa dalam penulisan kitab kuning, tidak disertakan rujukan (referensi) dan footnote disebabkan tradisi akademik yang berlaku waktu itu belum terkondisikan seperti sekarang. Dengan demikian sulit untuk menentukan secara pasti apakah yang ditulis di dalam kitab kuning merupakan pendapat peribadi atau pendapat orang lain.                                                                                                                           
Sayyid Abdur Rahman Ba’alawi juga menambahkan catatan-catatan lain dalam sistematika penulisan kitabnya sebagai berikut:

a)     Jika dalam suatu masalah terdapat dua ulama atau lebih yang menyepakatinya maka ia tuliskan satu persatu siapa saja ulama’ yang menyepakati sesuai dengan simbolnya masing-masing. Sedangkan jika ada salah satu ulama yang menambahkan pemahaman lain atau sedikit berbeda maka ia menuliskannya dengan kata:  كذا فلان زاد atau  كذلك خالف ..

b)     Jika dalam suatu masalah terdapat qayyid atau khilaf sedangkan imam yang memberi fatwa belum menyebutkannya, maka ia menambahkan simbol اھـ di akhir kalimat, lalu ia tambahkan keterangan qayyid atau khilaf dari tersebut dengan sebelumnya menyebut kata قلت agar pembaca mengetahui dari mana keterangan tambahan tersebut bermula.

Sebagaimana kitab-kitab fiqh lainnya, kitab Bughyah al-Murtasyidin, secara umum, ditulis dengan sistematika pembahasan sebagaimana berikut:

a)  Khutbah al-Kitab (muqaddimah). Dalam bahagaian ini Sayyid Abdurrahman Ba’alwi menghuraikan tentang bagaimana penulisan kitab ini, isi tulisan dan menukil beberapa pendapat ulama tentang mencari ilmu dan faidah-faidahnya.

b)    Kitab al-Thaharah. Dalam bahagian ini diulas mengenai air, najis, wudlu, cara buang air kecil dan besar, mandi, tayamum dan diakhiri dengan pembahasan haid.

c)    Kitab al-Shalat. Dalam bahagian ini dihuraikan mengenai adzan, kiblat, rukun shalat, sunnah-sunnah shalat, dzikir dan do’a, syarat-syarat shalat, hal-hal yang membatalkan shalat, hal-hal yang makruh dalam shalat, aurat shalat, sujud sahwi, tilawah dan syukur, shalat-shalat sunnah, shalat jama’ah, shalat musafir, shalat orang yang sakit, shalat juma’at, shalat dalam peperangan, shalat ied, shalat gerhana, shalat isitisqa’, hukum bagi orang yang meninggalkan shalat, shalat janazah, ta’ziyah dan ziarah kubur.

d) Kitab al-Zakat. Dalam bahagian ini dihuraikan mengenai syarat harta yang wajib dizakati, harta-harta yang wajib dizakati, zakat fitrah, dan macam -macam shadaqah.

e)  Kitab al-Shaum. Dalam bahagian ini dihuraikan tentang syarat-syarat puasa, puasa-puasa sunnah dan iktikaf.

f)     Kitab al-Hajj. Pada bahagian ini dikaji seputar haji yakni syarat rukun haji, hal- hal yang diharamkan bagi orang yang ihram, hukum memberikan upah di dalam ibaah haji dan wasiyat untuk beribadah haji.

g)     Kitab al-Bai’. Dalam bahagian ini dibahas mengenai riba, salam, rahn, sulh, orang yang muflis dalam usaha, syirkah, wakalah, iqrar, ariyah, ghasab, syuf’ah, qiradl, masaqah dan mugharasah, ihya al-amwat, ji’alah, wakaf, hibah, luqathah, dan wadi’ah.

h)  Kitab al-Fara’idh. Dalam bahagian ini dikaji tentang sebab-sebab warisan dan bahagian-bahagiannya, dan wasiyat.

i)   Kitab al-Nikah. Pada bahagian ini syarat rukun nikah, kafa’ah, mahar, walimah, nusuz, thalak, ruju’, nafaqah, dan hadhanah 

j)       Kitab al-Jinayah. Pada bahagian ini diulas mengenai diyat, had, jihad, janji dan nadzar, persaksian, dan sumpah.

k)  Bagian penutup, yakni ulasan Sayyid Abdurrahman Ba’lawi tentang beberapa faedah yang ada di dalam al-Qur’an, keutamaan sejarah Nabi dan sahabat, keutamaan ahlul bait dan wasilah.

Kitab Bughyah al-Mustarsyidin ini telah diberikan ta'liq oleh al-Sayyid Ahmad bin ‘Umar al-Syathiri (1312-1360H) melalui karyanya yang berjudul Ta’liqat ‘ala Bughyah al-Mustarsyidin. Kitab Bughyah telah diterbitkan oleh beberapa syarikat penerbitan dalam satu jilid. 

Untuk membaca dan memuat turun kandungan kitab ini dalam bentuk fail word, sila klik   بغية المسترشدين

5 comments:

  1. trimakasih,,
    infonya sangat menarik,,
    mantap,,,

    ReplyDelete
  2. Dimana saya kira kira mendapat buku bugyah al mustarsyidin

    ReplyDelete
  3. Dimana saya kira kira mendapat buku bugyah al mustarsyidin

    ReplyDelete
  4. ada versi terjemah gak ya, dan kalau ada dimana kira-kira saya bisa membelinya

    ReplyDelete
  5. Beras tercipta dari mutiara surga

    ReplyDelete